Pertandingan Elite Pro Academy (EPA) antara Persijap Jepara vs Semen Padang menjadi sorotan publik, bukan karena jalannya laga, melainkan akibat kondisi lapangan yang dinilai jauh dari kata layak. Situasi ini menuai kritik karena EPA sejatinya merupakan kompetisi pembinaan pemain muda yang seharusnya digelar dengan fasilitas memadai.
Dari berbagai laporan, kondisi permukaan lapangan tampak tidak rata, rusak, dan sulit mendukung permainan normal. Hal tersebut tentu berdampak langsung pada kualitas pertandingan serta keselamatan para pemain yang berlaga.
Risiko Cedera dan Turunnya Kualitas Pertandingan
Lapangan yang tidak layak berpotensi meningkatkan risiko cedera, terutama bagi pemain muda yang masih dalam tahap perkembangan fisik. Selain itu, alur permainan menjadi terganggu karena bola sulit dikontrol dan pergerakan pemain tidak maksimal.
Kondisi ini jelas bertolak belakang dengan tujuan utama EPA sebagai ajang pengembangan bakat pesepakbola usia muda. Infrastruktur yang buruk dapat menghambat proses pembinaan yang seharusnya berjalan optimal.
Tanggung Jawab Penyelenggara dan Tuan Rumah
Sebagai kompetisi resmi, EPA semestinya memiliki standar kelayakan lapangan yang ketat. Pemeriksaan sebelum pertandingan menjadi hal wajib untuk memastikan laga berlangsung aman dan berkualitas. Jika kondisi lapangan tidak memenuhi syarat, penundaan atau pemindahan venue seharusnya menjadi opsi yang dipertimbangkan.
Pihak penyelenggara dan tuan rumah diharapkan lebih serius dalam menjaga kualitas fasilitas demi menjaga kredibilitas kompetisi dan masa depan sepak bola nasional.
Harapan untuk Evaluasi Menyeluruh
Kejadian pada laga EPA Persijap Jepara vs Semen Padang ini diharapkan menjadi bahan evaluasi menyeluruh bagi operator liga dan federasi. Pembinaan usia muda tidak hanya soal kompetisi rutin, tetapi juga tentang lingkungan bermain yang aman dan profesional.
Tanpa perbaikan infrastruktur, sulit mengharapkan lahirnya pemain-pemain berkualitas dari kompetisi usia muda.